_Happy Reading_
Peluh bercucuran dikening pemuda yang sedari tadi mengejar kekasihnya.
Mungkin gadisnya terlihat kesal.
“Mil, dengerin aku dulu.”Ucap Bisma dengan nada tinggi kepada Milda.
Yapp, Bisma berhasil meraih tangan Milda dan menenggelamkan kepala Milda kedalam dadanya yang tak terlalu bidang.
“Itu tak seperti yang kamu pikirkan, percayalah.”Jelas Bisma dengan nada lirih.
Apa itu tandanya Bisma ragu dengan ucapannya,
Entahlah hanya dia dan tuhan yang tahu
Heyyyy, lihat disana tak sadarkah Bisma.
Ada seorang gadis menatapnya dengan sendu !!!
Tak terasa cairan bening telah mengalir deras dari kedua pelupuk mata Anzha.
Yah,
ternyata gadis yang telah menyaksikan adegan romantic itu adalah Anzha
.Sakit, perih mungkin itu yang dirasakannya. Sudah 3 bulan lebih Ia
hidup dalam kesakitan batin -,-
___
“Ar, apakah kamu yakin dengan keputusan mu ini ?” Tanya seorang pemuda yang bertubuh gempal tersebut.
“Ak…ak…ku yakin kak.”Jawab gadis berkulit kuning langsat dengan lesung pipit ini, sebagai ciri khasnya.
“Hh,
tapi aku tak yakin dengan keputusanmu. Kau tahu ? Ketika kamu menyakiti
orang lain, kamu akan jauh lebih sakit. Ketika kamu membuat orang lain
terluka, batinmu akan jauh lebih terluka. Kamu piker kamu akan puas
dengan semua ini. Siapa yang telah kamu sakiti ? Siapa yang telah kamu
lukai ? Kau sadar kamu telah melukai dirimu sendiri ! Cobalah untuk
jujur pada dirimu Ar.” Kata Rangga
Yapp, pemuda itu bernama Rangga seorang kakak bagi Artia, tapi entah bagaimana dengan Rangga.
Ucapan
Rangga itu sungguh membua hati Artia dihantui rasa bimbang, antara
harus berani menyakiti hati seorang yang ia cintai dari awal demi
kebahagiaan orang itu atau menyakiti orang itu dengan kebahagiaan yang
menyisahkan luka pada akhirnya..
*Binggungkan ? Ya kan, yah kan??
Dengan sedikit menghelaan nafas.
Artia menundukkan kepalanya berharap keajaiban Tuhan akan datang menghampirinya…
______
Drrt… Drrt
Suara handphone di saku kanan Rafael, mungkin sangat menggangu.
Karena baginya itu menghilangkan bayangan sosok gadis pujaan hatinya
Dengan
malas ia mengambil handphone itu. Tapi mengapa bibir seksi Rafael yang
semula kebawah kini mampu mengukir senyuman mautnya.
Amazing!!! Bagi siapa saja yang membuat pemuda ini, dua ibu jari untuknya.
Nafas yang memburu, dada yang naik turun dan peluh yang bercucuran dari kening Rafael jelas dapat terlihat.
“Huhh.” Helaan nafas yang terasa berat, ia hembuskan bersama sesalnya.
Kenapa ia harus menghilangkan moment sepenting ini, sudah hampir 3 bulan ia menantinya tapi ia hilangkan begitu saja.
Ck, batinnya merutuki dirinya sendiri
Ada
apa ini ? kenapa ada sepasang tangan lembut memeluk dirinya dari
belakang yang disertai dengan isak tangis seorang gadis ? Siapa gadis
ini ?
Rasanya ia mengenal siapa gadis ini.
“Maaf, aku menggangumu.” Lirih Anzha dengan wajah ayu yang di tengelamkan di punggung Rafael.
“Tidak, tidak sama sekali.” Pungkas Rafael cepat.
_____
Disudut taman Artia mencoba menghindar dari pemuda yang mengikutinya sejak pelajaran pertama dimulai…
“Dicky,
STOPP.” Sentaknya, langkah Artia berhenti tegap dan sampai Dicky
yang berada di belakang hamper menabrak tubuh mungilnya.
“Sebaiknya
kamu pulang dan jangan ikuti aku ! Kau tak malu ? Aku sudah punya
kekasih.” Lanjutnya berlahan dengan suara yang berangsur melirih.
DEGG….
Rasanya hati Dicky saat itu hancur mendengar kata terakhir dari sang pujaan hati.
Dan
mungkin sekarang air matanya berlomba-lomba untuk keluar, tapi ia
harus berusaha tegar di hadapan wanita yang ia kagumi ini.
“Mungkin ini takdir yang indah, saat kau jauh dariku” Ucap Artia lalu melanjut langkahnya secara perlahan.
“Bila
saja kamu tau, dihatiku ada kamu. Bila kamu ngerti, tiap menit bahkan
detik ada kamu, aku gak bisa dustai hati aku buat munafiki semua
perasaanku. Pernah aku berlari dan bunuh rasa cintaku namun, sungguh aku
gak bisa malah ku semakin cinta.” Ucap Dicky saat Artia belum jauh dari
hadapannya.
SEERRR…
Desiran darah terasa menekan di nadi Artia.
Serasa kaki jenjangnya melemas seketika !
Apa sebegitunya ia menyakiti orang yang ia sayangi ?
Tanpa banyak kata Artia langsung berbalik dan berlari mendekap tubuh cungkring Dicky.
“Sorry, I’m Really Sorry. Ak..ku…h sadar bahwa aku yang terlalu munafik Ky… Aku yang terlalu naifffdan ak..” Ucapnya terpotong
“Sssttt,,,, aku gak mau kamu bilang kaya gitu.” Sangkal Dicky meletakan jari telujuknya tepat dibibir tipis Artia.
Sore itu mereka menikmati senja dibawah kebahagiaan masing-masing….
^_^
BERSAMBUNGGGGGGGGG
SEKALI LAGI MAAF NGARET ;)
R+C+L
Contact Person
Add : Ethy Mubarokah
Follow : @ethy_11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar